Jumat, 28 Oktober 2011

Pendidik = Artis serba bisa

"Good teaching is one fourth preparation and three fourth pure theatre"
-Gail Godwin-

Quotes Gail Godwin diatas menyadarkan saya bahwa seorang pendidik harus memiliki jiwa seni yang baik. Gimana tidak, kawan! Kalau ada 4 bagian yang membuat pengajaran dikatakan baik, 3 diantaranya adalah dengan melakukan teater! Teater sendiri kan salah satu bentuk dari seni loh..

Beberapa kali mengikuti seminar dan membaca buku-buku, saya jadi punya kesimpulan bahwa seorang pendidik yang baik adalah mereka yang dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan? Oh tentunya tidak mudah, kawan. Dibutuhkan para pendidik yang memiliki kreativitas dan seni yang baik untuk memikirkan, menggunakan sumber daya yang tersedia, dan melakukan berbagai cara untuk membuat belajar menjadi sesuatu yang menarik perhatian siswa-siswi.

Jadi ingat perkataan Ka Seto disebuah seminar parenting, beliau mengatakan "Pendidik harus menjadi artis serba bisa seperti penyanyi, pendongeng, penyair, penari, pelawak, pesulap, aktris/aktor, seniman, dll".

Insight yang kemudian saya ambil adalah, menjadi pendidik harus BELAJAR meningkatkan kreativitas dan nilai seni. Hehehe :)

Mendidik dengan nilai seni semoga akan selalu mengasyikkan :)

Buku Psikologi Perkembangan, I am coming! :)

Saat ini, buku yang -sangat amat- ingin dibaca adalah buku Psikologi Perkembangan!! Tapi baru sebatas niatan, belum sempet nyentuh buku-buku psikologi perkembangan SAMSEK (sama sekali)! :"(

Mungkin kondisi lingkungan sekarang yang menuntut saya untuk lebih belajar tentang perkembangan, khususnya psikologi perkembangan anak!

Gimana gak dituntut coba, sekarang udah punya keponakan. Sebagai Auntie yang belajar ilmu psikologi, harusnya tau dong gimana perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial keponakannya. Hehehe :)

Si Akmal ganteng bisa juga tuh dijadiin bahan observasi dan percobaan untuk teori-teori Psikologi.. Maaf ya dedek Akmal, Auntie lakukan demi kebaikan kita bersama. Cium-cium dedek :*

Ditambah lagi kerjaan saya sebagai guru PAUD Dewintha, yang setiap minggu nya berjumpa dengan anak-anak yang bikin emeeeeeesshh... *cubit-cubit*

Baru ngerasain loh kalau jadi guru PAUD itu gak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak banget kendalanya. Enaknya sih disebut tantangan kali ya! Ya, banyak tantangannya. Karena yang saya hadapi adalah anak-anak di masa emas. Masa-masa dimana kemampuan mereka dalam mempelajari sesuatu itu hingga mencapai 50% kemampuan.

Semakin sangat butuh untuk kembali belajar psikologi perkembangan ketika saya (nantinya) dinyatakan lolos untuk menjadi pengajar di Gerakan UI Mengajar. Eyaampuuun.. Belum apa-apa udah deg-deg-an loh ya! :P

Woooow.. Jadi lah saya harus belajar untuk menjadi pendidik yang bisa memberikan mereka contoh yang baik, bisa memberikan mereka pengalaman belajar yang menyenangkan, dan tentunya bisa jadi idola bagi mereka. Idola? Hahaha :D *sok-sok-an artis deh*.

Setidaknya dengan saya belajar kembali psikologi perkembangan, saya jadi semakin paham tentang perkembangan anak-anak, baik pada aspek fisik, kognitif, dan psikososialnya. Dengan mengetahui karakteristik anak-anak, saya jadi bisa memberikan perlakuan yang tepat kepada mereka. Kalau udah ada ilmunya akan semakin mudah untuk diaplikasikan di kehidupan sehari-hari, ya kaan? :)

Hemm kalau diinget-inget kebutuhan untuk belajar itu semua jadi ga sabar untuk langsung buka buku-buku psikologi perkembangan. Hihihhi :p

Mari menyelami dunia anak-anak, dunia yang selalu penuh kebahagiaan lewat buku-buk psikologi perkembangan!

Buku psikologi perkembangan, I am comiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinggg!! :DD

Menjadi Guru Tak Semudah yang Dibayangkan

Ini minggu ke-6 sejak pertama kali aku membulatkan tekad untuk menjadi guru PAUD di Dewintha. Awalnya hanya ingin mencoba. Ya, mencoba mengaplikasikan ilmu-ilmu Psikologi ku, mencoba untuk mengisi waktu kosong di semester 7, mencoba untuk mencari kebahagiaan bersama anak-anak itu, dan mencoba untuk belajar banyak hal dari guru-guru disana.

Hanya ingin mencoba.

Di minggu awal aku merasakan Selasa-ku menyenangkan (kebetulan hanya hari selasa aku part time disana). Selasa adalah hari ku bermain dan belajar bersama mereka, anak-anak riang penuh canda tawa. Aku senang. Dan selalu menunggu hari Selasa datang :)

Setelah minggu-minggu awal berlalu, muncul berbagai tantangan yang menyadarkan ku bahwa menjadi guru PAUD itu tidak semudah yang aku bayangkan. Awalnya aku berpikir "Daripada ngajarin orang dewasa, mending ngajarin anak-anak. Bisa sekalian main-main pula, mereka kan lucu-lucu".

Ternyata...

Menjadi guru PAUD itu tidak semudah yang dibayangkan.

Kisah hari ini semakin memperkuat pernyataan ku barusan. Mengawali hari, tiba-tiba salah seorang guru di sana memberitahu ku tentang perubahan tema pelajaran hari ini. Whaaaaaaaaaaaaaaattttt?!

Aku sudah siapkan semua yang dibutuhkan untuk hari ini, aku sudah siapkan apa yang akan ku jelaskan pada mereka. Aku baca kembali buku pedoman "sentra balok". Dan seakan-akan semua yang sudah ku siapkan tiada arti lagi. *nangis di pojokan*

Buru-buru aku tanya kepada guru disana apa yang harus aku siapkan. Dengan waktu sangat terbatas, aku pikir aku belum siap melalui hari ini :((

Ada perasaan takut, cemas, khawatir ketika tahu bahwa untuk hari ini aku menjadi guru utama kelas A. Gimana perasaan itu tidak muncul?

Kau tahu, ini pertama kalinya aku menjadi guru utama (setelah sebelumnya aku hanya menjadi guru pelengkap). Ini adalah pertama kalinya aku harus menghadapi anak-anak kelas A yang usianya lebih muda dari kelas B yang biasa aku ajar.

Awalnya aku cukup bisa menguasai anak-anak dengan baik.

JENG JENG JENG!! ENG ING ENG!!

Di tengah kegiatan kelas, kericuhan muncul satu per satu. Di awali dari Fayza yang "ngambek" gak mau mengikuti kegiatan membuat balok karena dia gak mau sekelompok sama Omar, dia hanya mau main sama Zano.

Aku berusaha untuk membujuknya. Aku tanya kepada nya "Kenapa gak mau sama Omar?". Fayza tidak menjawab. Ia hanya cemberut dan diam. Aku bujuk ia, tapi bujuk rayu ku tidak bisa membuatnya tersenyum dan ikut melakukan kegiatan bersama teman-teman yang lain. Mendengar Omar memanggil ku "Ka Faraaaahh, aku sudah jadi buat pabrik buah. Coba liat!". Buru-buru aku alihkan perhatianku pada Omar. Aku abaikan Fayza sementara waktu.

Suasana menjadi semakin menyebalkan ketika Ilham tidak mau melakukan kegiatan bermain balok. Ilham bilang kepadaku sambil berbisik "Aku ga mau sama Danis, bangunan buatan Danis jelek".

Ya Allah...

Aku beri penjelasan pada Ilham. Aku bujuk ia agar mau membuat bangunan dari balok. Tapi emang dasar anak-anak, bukannya buat bangunan malah gangguin teman yang sedang membuat bangunan. Ilham please deh! Grrrrrr

Pusing? Itu belum seberapa mengejutkan kalau liat Ilham berebutan mainan sama Zano. Jujur bingung banget harus diapakan ini anak-anak. Semua cara sudah aku keluarkan.

Masalah Fayza dan Ilham belum selesai, tiba-tiba dari arah samping terdengar suara tangis. Ya ampun, ini suara Cici. Cici nangis. OMG! Ada apa lagi ini???

Aku lihat ke arah Cici dan ternyata balok-balok yang dibuat Cici hancur tak tersisa karena dirobohkan oleh Zano. Wajarlah kalau Cici nangis, dari semua bangunan balok anak-anak kelas A, bangunan balok Cici lah yang paling bagus.

Cici nangis. Zano dan Ilham berantem. Fayza ngambek dan cemberut. Terjadi secara bersamaan!

Aaaaaaakkkkk.. Tolong!! Apa yang harus ku lakukan?? *muka memelas*

Aku malu karena kebetulan di hari ini ada guru-guru dari sekolah lain yang sedang melakukan observasi terhadap pembelajaran di kelas kami. Terlihat sekali aku tidak berpengalaman dalam mengurus anak-anak. Aku belum cakap memahami karakteristik mereka semua. Ternyata sangat susah menerapkan teori di kehidupan asli.

Rasanya mau nangis. Ini mata sudah berkaca-kaca. Tinggal menunggu tumpah. Bleh!

Merasa tidak sanggup menghadapi anak-anak seorang diri, kemudian aku pergi keluar mencari bantuan. Aku bilang semua masalah kepada salah seorang guru dengan tatapan memelas ingin nangis.

"Ibu Ella.. bantuin aku di kelas A. Aku bingung mau gimana lagi bu. Anak-anak pada berantem".

Sejak kedatangan Bu Ella, Bu Ella lah yang mengatur anak-anak kelas A sampai selesai kelas. Bu Ella membantu aku untuk menenangkan diri.

Bu Ella bilang "Kelas A emang masih suka susah di atur, maklum usianya kan lebih muda daripada kelas B. Ka Farah ga usah khawatir ya. Ayo diminum dulu biar tenang. Ka Farah semangat ya. Gak apa-apa kok. Lain waktu kita sama-sama sharing tentang anak-anak ya. Udah jangan sedih ka"

"Aku jelas sedih bu. Aku ngerasa belum maksimal jadi guru. Aku ngerasa belum bisa apa-apa. Tadi aku bingung banget loh bu menanggapi mereka semua. Aku masih harus banyak banget belajar bu." Jawab ku

"Maaf ya bu"

"Ayo ah ka Farah semangat. Ga apa-apa kok kak. Nanti kita ngobrol lagi ya" Balas Bu Ella.

Kesedihan ku ini berkurang setelah pulang sekolah. Karena masalah barusan, kelas A harus tetap diam di tempat sehingga belum boleh pulang. Bu Ella dengan sangat sabar menanyakan kepada anak-anak satu persatu tentang apa yang mereka lakukan barusan. Bu Ella tau banget gimana memperlakukan anak-anak. Dia tau kapan dia harus baik dan kapan dia harus tegas kepada anak-anak.

Di akhir, setelah kami menyelesaikan masalah secara bersama-sama, Bu Ella meminta Fayza, Zano, Cici, dan Ilham untuk berjanji tidak akan mengulanginya hari-hari kedepan dan meminta maaf kepada aku.

Mereka secara bergantian menyalami tangan ku dan meminta maaf kepada ku.

"Maafin aku ya ka Farah" kata anak-anak itu.

Mendengar permintaan maaf mereka, aku jadi tambah pengen nangis. Sesak membayangkan kehebohan yang terjadi barusan. Mana mungkin seorang guru tidak memaafkan anak-anaknya?

"Iya ka Farah maafin kok, besok kelas A harus lebih baik lagi ya. Inget janji yang tadi sayang." kata ku kepada mereka.

Aku peluk mereka satu-satu. Aku sayang kalian, anak-anak ku! :*

Setelah anak-anak pulang aku menghampiri Bu Ella. Bu Ella memberikan aku pengalaman yang luar biasa hari ini. Berkali-kali aku ucapkan maaf dan terimakasih padanya. Maaf karena telah membuat kehebohan di dalam kelas dan belum bisa mengendalikan anak-anak di kelas. Dan terimakasih karena sudah membantu menenangkan anak-anak dan memberikan pengalaman kepada ku.

Terharu lagi ketika aku datang ke tempat Bu Shinta, kepala sekolah. Aku cerita tentang kericuhan yang terjadi di kelas A.

Kata Bu Shinta "Oh ga apa-apa ka. Namanya juga lagi belajar. Malah bagus. Kalau tau kesalahannya kan jadi mau belajar lebih banyak. Jangan kapok-kapok ya. Nanti kita belajar sama guru-guru lain tentang kendala yang kita hadapi. Oke ka Farah.

Alhamdulillah.. Semakin semangat lah untuk belajar bagaimana cara mendidik dan mengajar anak-anak dengan baik :))

(Manager) Human Resources Development

Tiba-tiba dapet sms dari seorang senior.

"Assalamualaikum Farah, kamu sekarang lagi sibuk apa? Tertarik gabung di Nalacity ga? Hehehe, maap ya langsung tembak. Kita lagi cari manager HRD. Tapi kita mau yang udah kenal, kayak Farah. Gimana? :)"

Aaaaaakk.. butuh waktu cukup lama untuk menjawab tawaran itu karena melihat begitu banyak pertimbangan. Tsaelaaaaaahh~

Di satu sisi, saya memang pernah bantu Nalacity ketika mengadakan pelatihan untuk ibu-ibu di Kampung Sitanala. Meskipun saya hanya menjadi HPD yang tugasnya mendokumentasikan rangkaian kegiatan, tapi saya cukup tertarik dengan kegiatan sosial di sana.

Selain itu, saya cukup banyak terlibat dengan mantan penderita kusta/lepra di Sitanal. Hampir 2 tahun saya bergabung di Leprosy Care Community (LCC), sebuah komunitas peduli penyakit lepra/kusta di daerah Sitana Tanggerang. Beberapa kali pernah berkunjung dan bermukim disana bersama dengan penduduk asli Sitana, membuat saya tergerak hatinya "do something" untuk Sitanala.

Tapi di sisi lain, rasa-rasanya kok yaa banyak juga loh amanah yang sudah saya ambil. Dari mulai Kesma, part time Dewintha, Rumah Pelangi, asongan jadi tester LPT UI, sampe tugas maha penting yaitu tugas kuliah!! Belum lagi kalau lihat rencana jangka panjang di PKM-M tentang pendidikan karakter sama rencana di GUIM! *tarik napas panjang*

Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya saya memutuskan untuk menerima tawaran menjadi manager HRD! Kupilih engkau dengan basmallah :"))

Ini sesuatu banget deh. Bener-bener baru, belum ada pengalaman. Emang sih tugas nya ga jauh-jauh dari PSDM, yaah makanan sehari-hari anak Psikologi. Tapi karena saya belum pernah terlibat di bidang HRD atau PSDM macam ini, jadi saya harus banget belajar!!

Belajar apa? Belajar untuk mengembangkan sumber daya manusia dan organisasi. Eyaampuuuunn.. Saya jadi ngebayangin jobdesnya bakal ga jauh-jauh dari memberikan semangat kepada tim Nalacity, membuat kegiatan gathering antar pengurus, atau melakukan kegiatan-kegiatan menyenangkan untuk menyolidkan tim.

Kalau saya sudah nyemplung di sini, mau gak mau saya harus "available" saat suka maupun duka untuk tim Nalacity. Hehehe :) *penerapan kuliah konseling dan kuliah di psikologi lainnya selama 3 tahun harus dikeluarkan!*

Jujur saja, saya sangat menikmati kegiatan yang saya lakukan. Ini semua menantang. Saya jadi ingat, ketika awal menjadi mahasiswa, sempat saya tuliskan 3 bidang yang ingin saya ikuti untuk ikut terlibat banyak di dalamnya. Pertama, pengabdian masyarakat. Kedua, kesejahteraan mahasiswa. Dan ketiga, PSDM!

Alhamdulillah yaa~ pengabdian masyarakat dan kesejahteraan mahasiswa bisa sayachecklist. Nah, PSDM-nya coming soon! :D

Kalau ada kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, kesempatan belajar banyak dari orang-orang hebat, dan kesempatan untuk semakin menebar kebermanfaatan diri, kenapa harus ditolak? :)

Bismillah. Semoga Allah bantu saya untuk menjalani ini semua. Bantu saya untuk tetap menjaga amanah ini, ya Allah :")

Minggu, 02 Oktober 2011

Selasa Bahagia

Kalau kau tanya kapan hari favorit-ku, akan ku jawab hari Selasa! Ya hari Selasa, hari setelah Senin dan sebelum Rabu. Kenapa begitu? Jawabannya gampang saja. Setiap hari Selasa aku menemukan kebahagiaan bersama mereka. Mereka? Iyaaa, mereka murid-murid ku di PAUD Dewintha, dimana aku belajar dan mengajar tentang bagaimana mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Aku bangga menjadi guru. Aku lah si guru awet muda! hihihi karena murid-muridku dibiasakan memanggilku dengan sebutan kakak Farah, bukan bu Farah loh! Kesannya kalau dipanggil Ibu berasa tua gimana gitu! hehehe :)

Setiap minggunya, selalu ada saja kejadian yang membuat ku senyum-senyum. Wajar saja jika aku senyum-senyum jika melihat tingkah laku mereka yang lucu dan bikin gemeeeeesshh. Celotehan mereka sungguh polos. Aku akan dengan sangat senang jika mereka bisa berpartisipasi dengan aktif, menghormati guru dan teman-teman, serta bisa mematuhi peraturan yang telah mereka sepakati. Meski kadang aku pun kerepotan untuk memberikan perhatianku secara adil kepada mereka dan pastinya akan repot untuk melerai dan mendamaikan diantara mereka yang sedang berantem. Sama repotnya jika harus menghadapi anak yang menangis karena tidak mau berpisah dengan Ibu.

Berhadapan dengan mereka, ikut terlibat di dunia anak-anak membuat ku harus berpikir lebih keras dan kreatif tentang bagaimana cara mendidik anak dengan baik. Misalnya saja ketika aku harus mencari alasan yang logis dengan kalimat yang tepat hanya untuk menghindari penggunaan kata “tidak” dan“jangan” dihadapan anak-anak. Atau ketika di awal pembelajaran, kami, para guru harus menyiapkan segala sesuatu yang akan dipelari oleh anak-anak. Nah ini juga perlu kreativitas. Belum lagi kalau anak-anak pintar itu memberikan pertanyaan pada-ku, mau tidak mau aku harus menjawab pertanyaan mereka dengan logis. Selain itu, membujuk anak supaya mau makan itu juga menjadi tantangan tersendiri. Aku dituntut untuk mencari cara agar anak mau makan tanpa harus menakut-nakuti mereka, seperti misalnya “Ayo dimakan, nanti kalau gak makan nasi Allah marah loh!”.

Waktu akan terasa lebih cepat jika bisa bermain dan belajar bersama mereka. Aku sangat menikmati proses pembelajaranku di PAUD Dewintha ini. Harapanku, suatu hari nanti, aku dapat mendidik anak-anak ku dengan baik. Anak kita :)

Akram, murid istimewa-ku!

Akan ku ceritakan kepadamu tentang murid-ku yang lain. Sebelumnya, mari ku ajak kau berkenalan dengannya. Akram namanya. Dia murid ku yang luar biasa. Salah satu anak dengan sindrom autistik di sekolah Mandiga. Karenakekurangannyalah (aku tidak suka menyebut keadaannya sebagai kekurangannya) jadi mari kita ganti menjadi keunikannya, ia menjadi istimewa di mataku. Kamu tau tidak, jika melihatnya sepintas maka kau tak akan menyangka ia anak autis. Akram yang masih duduk dibangku setara dengan sekolah dasar memiliki paras diatas rata-rata. Akram-ku ganteng dan menggemaskan. Aku suka Akram-ku :*

Sebagai seorang anak autis, Akram mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, berkomunikasi, dan sering melakukan tingkah laku yang repetitif. Karena adanya kerusakan neurologi pada dirinya, ia juga mengalami kesulitan dalam membaca dan mengalami kerusakan dalam mengolah informasi di long term memory-nya. Suatu hari, seperti biasa, sebelum memulai pelajaran murid-murid di Mandiga disuruh berkeliling mencari guru untuk menyapa dan bertanya kepada guru. Ini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi murid-murid disana. Akram disuruh untuk bertanya kepada salah satu guru. Intinya Akram bertanya (dengan bahasa yang tidak jelas dan terbata-bata) “Bu guru apa kabar?”. Bu guru menjawab “sehat wal afiat”. Dua menit setelahnya, Akram ditanya tentang jawaban guru, ia masih dapat menjawab. Tapi, saat di kelas, ditanyakan kembali, ia sudah lupa dengan jawaban guru tersebut. Tet tot! Ah Akram, jadi pengen cubiiit gemeeeesshh! hehehe :)

Banyak tingkah laku Akram yang tidak bisa aku lupakan. Ia suka sekali dengan sedotan. Hanya untuk dimainkan di dalam mulut. Guru-guru baru akan memberikan sedotan hanya jika Akram belajar dengan baik. Kamu mungkin akan tersenyum jika mendengar ia menyebut ‘sedotan’ dengan kata“jojodaaann! jojodaaaann!”

Tingkah laku repetitif yang bisa membedakan Akram dengan murid-murid lain itu kebiasaannya untuk beres-beres! hehehe. Mungkin kamu akan bingung, kenapa beres-beres? Itulah yang menarik dari Akram. Ia selalu membersihkan dan membereskan segala sesuatu yang menurutnya berantakan. Jika ada barang yang tidak berada pada tempat seharusnya, ia akan secara spontan membereskannya. Rasanya pengen culik Akram, bawa ke rumah buat disuruh beres-beres! hihihi :p

Satu lagi kebiasaanya yang tidak bisa dilupakan! Akram-ku sangat genit pada wanita. Ihihihi. Kamu tau apa yang ia lakukan pada ku? Ia sering mencoba memeluk dan mencium ku, saat kami berpapasan. OMG! Aku langsung bereaksi jika Akram sudah melakukan hal ini. Aku akan menyebut namanya sambil sedikit membentak dan berusaha untuk menjauhkan mukanya dari ku. Ini terpaksa aku lakukan. Sungguh. Aku dan guru-guru di Mandiga berusaha untuk mendidik-nya agar ia bisa bertingkah laku sesuai dengan norma sehingga dapat dengan mudah diterima di masyarakat.

Dengan segala tingkah laku uniknya yang kadang membuat ku jengkel tapi lebih sering membuatku tersenyum bahkan tertawa, ia tetap menjadi murid-ku yang istimewa. Akram!

Sedikit cerita tentang Akram semoga bermanfaat untuk-mu. Suatu hari nanti, semoga kamu bisa bertemu dengannya agar kau lebih tau mengapa ia istimewa dimataku.

What an 'eeerrrr' Day. uhh!

Hari apa sih ini?? Hari Kamis! Ya, hari Kamis, saya kembali magang setelah liburan hampir sebulan meninggalkan Mandiga. Kalau dihitung-hitung, magang sudah 13 hari. Itu artinya masih ada 3 hari sisa magang yang harus segera dilunaskan. ASAP!!

Ini magang bukan magang biasa. Azeeeekk~ Lebih ‘wwaaaaaww’ dari hari-hari magang sebelumnya. Magang hari ini saya harus magang sendirian :’( *lap air mata*.. Mengawali hari, semua berjalan tidak cukup biasa. Bertubi-tubi kerjaan datang dari para guru. Tidak lain dan tidak bukan disuruh membuat worksheetsiswa-siswi Mandiga. Dari mulai membuat soal penjumlahan, pengurangan, soal membaca, sampai menggunting, ngelem, laminating dll. Pekerjaan ini biasa sih sebenernya. Tapi yang membuat tidak biasa adalah saya harus mengerjakan sendiri (tanpa dua orang teman magang saya). Hikshiks. Untungnya ada Bu Siti, administrator di Mandiga yang dengan sangat baik hati membantu pekerjaan saya hari ini. Maaci eyaa Ibu Citiiiii… *sok imut mode on* :D

Detik demi detik dan menit ke menit berlalu.. Tiba-tiba dari ruang tengah muncul kehebohan. Pasalnya, bu Imah memasukkan Akram ke ruang tenang. Dan ternyata ruang tenang tidak bisa dibuka!! Nangis Akram semakin kencang. Para guru berusaha untuk membuka pintu sekaligus menenangkan Akram. Dari kelas D keluarlah bu Aida bersama Raksan. Niat awal bu Aida ingin memasukkan Raksan yang terus menerus menangis ke dalam ruang tenang. Namun, melihat ruang tenang masih ada Akram, bu Aida membawa Raksan ke taman. Saya diminta bu Aida untuk mengawasi Raksan. Menit pertama dan seterusnya, Raksan masih dapat saya awasi dengan baik. Tapi tiba-tiba, bu Aida ke taman dan berteriak, “Raksaaaaaaaaaaaann!! STOOPP!!”.

Ampuuuunn. Ada apa lagi ini?? Karena saya kurang mengawasi Raksan dengan baik, saya terlalu fokus pada kerjaan di komputer, jadilah Raksan main air di taman.

Belum selesai dengan kehebohan dari Raksan, bu Julita keluar dari kelas membawa Ming-ming yang sakit perut. Ia muntah-muntah. Saking sering dan tidak keburunya Ming-ming ke kamar mandi, membuat muntahannya itu berceceran di bangku dan lantai. Badannya terlihat lemas, matanya pun telihat layu. Ohh kasian Ming-ming ku..

Bu Julita memasak air panas untuk Ming-ming. Karena bu Julita juga harus mengajar di kelasnya, saya diminta untuk menemani Ming-ming sambil menunggu kalau-kalau air sudah mendidih. Ketika sedang menunggu air hingga mendidih, belum sampai mendidih saya sudah diminta oleh bu Siti untuk memanggil salah satu siswa Mandiga untuk menata meja. Setengah enggan, karena khawatir air sudah mendidih ketika saya tinggalkan, tapi akhirnya saya turuti perintah bu Siti. Saya panggil Dio dari kelasnya kemudian ke dapur dan ke ruang makan untuk menata meja. Setelah itu, buru-buru saya matikan kompor. Saya tuangkan air panas ke dalam air dan saya minumkan air hangat tersebut kepada Ming-ming.

Bruuuuuuuuuukk!!

Tiba-tiba dari arah dapur terdengar suara kencang, seperti benda jatuh. Saya dan beberapa guru lari ke arah dapur, arah suara. Ternyata tutup besi kompor gas jatuh, tersenggol oleh Kelvin, menyebabkan panci berisi air mendidih pun tumpah. Masya Allah!!! Menyesal saya karena meninggalkan panci dengan air mendidih begitu saja. Untungnya tidak ada yang terkena air panas. Aaaaaaaakkk! Buru-buru saya minta maaf. Ini kesalahan saya yang kesekian, saking sibuk dan banyak yang harus dikerjakan.

Belum berakhir sampa disini. Setelah siswa-siswa Mandiga kelas pagi (yang membuat kehebohan dan membuat saya pusing ingin berteriak) pulang, saya diingatkan oleh Bu Wanti. Aduhhh apa lagi ini ya??. Ternyata saya lupa mengingatkan Dio untuk merapikan kembali alas makan yang digunakan. Ya Allaaaaaahhh, *tepokjidat*, kok saya bisa lupa toh..

Syukur alhamdulillah, dengan berakhirnya pembelajaran siswa-siswa Mandiga kelas pagi berakhir pula kehebohan yang bikin ‘eeeeeerrr’ hari ini. Kelas siang berjalan dengan lancar… :D *senyum lebar-lebar*

 

Blog Template by YummyLolly.com